Pendidikan Karakter Bangsa



MAKALAH
TEMA : PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA
JUDUL : MEMBANGUN KARAKTER ANAK-ANAK BANGSA
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar

Disusun Oleh :
Alif Dio Awaludin
50415539
1IA22







 









FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
JURUSAN INFORMATIKA
UNIVERSITAS GUNADARMA
2016





KATA PENGANTAR
            Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
            Shalawat serta salam senantiasa saya curahkan kepada Rasulullah SAW, Nabi dan Rasul terakhir yang telah membimbing umatnya ke jalan yang benar dan sekaligus menyempurnakan akhlak melalui petunjuk wahyu illahi.
            Tak lupa saya menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam penulisan makalah ini. Sehingga saya dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Pendidikan Karakter Anak-Anak Bangsa”.
            Demikian dalam penulisan makalah ini tentu masih banyak kelemahan dan kekurangannya, untuk itu saya meminta saran dan kritik yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.Semoga makalah ini bermanfaat.
            Amin ya Rabbal ‘Alamin.


                                   Bekasi, Mei 2016


                                                                                             Penulis












DAFTAR  ISI


KATA PENGANTAR
DAFTAR  ISI
BAB IPENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
1.2  Rumusan Masalah
1.3  Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Pendidikan Karakter
2.2  Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter
2.3  Ciri-ciri dan Prinsip Karakter
2.4  Membangun Karakter Anak Bangsa Menjadi Kreatif
2.5  Pendidikan Berkarakter Melalui Pendidikan Informal, Formal dan non-Formal
2.6  Langkah Pemerintah dalam PembangunanKarakter
BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA








BAB 1
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah, bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat tabiat, temperamen dan watak, sementara itu, yang disebut dengan berkarakter ialah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat dan berwatak sedangkan pendidikan dalam arti sederhana sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina, kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Dalam perkembangannya , istilah pendidikan atau paedagogie, berarti bimbingan atau pertolongan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Selanjutnya pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan seseorang  atau kelompok lain agar menjadi dewasa  untuk mencapai tingkat hidup atau penghidupam lebih tinggi dalam arti mental.
Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie, berarti bimbingan atau pertolongan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Selanjutnya pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan seseorang  atau kelompok lain agar menjadi dewasa  untuk mencapai tingkat hidup atau penghidupam lebih tinggi dalam arti mental. Sedangkan karakter  menurut Pusat Bahasa Depdiknas, adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat tabiat, temperamen dan watak, sementara itu, yang disebut dengan berkarakter ialah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat dan berwatak.
Pendidikan karakter menurut Thomas Lickona (1991) adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seserorang yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras, dan sebagainya. 
Definisi pendidikan karakter selanjutnya  dikemukakan oleh elkind dan sweet (2004).
“Character education is the deliberate esffort  to help people understand, care about, and act upon caore ethical values. When we think about the kind of character we want for our children, it is clear that we want them to be able tu judge what is right, care deeply about what is right, and then do what they believe to be right, even in the face of pressure from without and temptation from within”.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan karakter  adalah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu memperngaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru bebicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya.
1.2             Rumusan Masalah
1.2.1    Apa definisi Pendidikan karakter ?
1.2.2    Sebutkan tujuan dan fungsi pendidikan karakter ?
1.2.3    Apa Ciri-ciri dan Prinsip Pendidikan Karakter?
1.2.4    Bagaimana membangun karakter anak bangsa menjadi kreatif ?
1.2.5     Bagaimana pendidikan karakter melalui pendidikan informal, formal, dan non-              formal?
1.2.6    Bagaimana Langkah Pemerintah dalam Pembangunan Karakter ?

1.3                 Tujuan Penulisan
1.3.1     Untuk Mengetahui definisi pendidikan karakter
1.3.2     Untuk Mengetahui tujuan dan fungsi pendidikan karakter
1.3.3   Untuk Mengetahui Ciri-ciri dan Prinsip Pendidikan Karakter
1.3.4      Untuk Mengetahui pembangunan karakter anak bangsa menjadi kreatif
  1.3.5     Untuk Mengetahui pendidikan karakter melalui pendidikan informal, formal, dan non-     formal
              1.3.6     Untuk Mengetahui Langkah Pemerintah dalam Pembangunan Karakter
             



BAB II
PEMBAHASAN

1.      Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan Karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada pesrta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikiran, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari- hari dengan sepenuh hati. Pendidikan karakter juga dapat dimaknai sebagai suatu system penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insane kamil. Penanaman nilai kepada warga sekolah maknanya bahwa pendidikan karakter baru akan efektif jika tidak hanya siswa tetapi juga para guru, kepala sekolah dan tenaga non-pendidik di sekolah semua harus terlibat dalam pendidikan karakter.
“Pendidikan karakter yang utuh dan menyeluruh tidak sekedar membentuk anak-anak muda menjadi pribadi yang cerdas dan baik, melainkan juga membentuk mereka menjadi pelaku baik bagi perubahan dalam hidupnya sendiri, yang pada gilirannya akan menyumbangkan perubahan dalam tatanan sosial kemasyarakatan menjadi lebih adil, baik, dan manusiawi.”(Doni Koesoema A.Ed).
Proses pendidikan karakter ataupun pendidikan kahlak dipandang sebagai usaha sadar dan terencana, bukan usaha yang sifatnya terjadi secara kebetulan. Atas dasar ini, pendidikan karakter adalah usaha yang sungguh-sungguh untuk memahami, membentuk, memupuk nilai-nilai etika, baik untuk diri sendiri maupun untuk semua warga masyarakat atau warga Negara secara keseluruhan. Berkenaan dengan pentingnya pendidikan ini, kita diingatkan bahwa “Education comes from within, you get it by struggle effort and thought” (Napoleon Hill) yang artinya: pendidikan dating dari diri kita sendiri, anda memperplehnya dengan perjuangan, usaha dan berfikir.


2.      Tujuan dan Fungsi Pendidikan Berkarakter
Dalam TAP MPR No. II/MPR/1993, disebutkan bahwa pendidikan bertujuan meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian mandiri, maju, tanggunh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja profesional, serta sehat jasmani rohani.
Berangkat dari hal tersebut diatas, secara formal upaya menyiapkan kondisi, sarana/prasarana, kegiatan, pendidikan, dan kurikulum yang mengarah kepada pembentukan watak dan budi pekerti generasi muda bangsa memiliki landasan yuridis yang kuat. Namun, sinyal tersebut baru disadari ketika terjadi krisis akhlak yang menerpa semua lapisan masyarakat. Tidak terkecuali juga pada anak-anak usia sekolah. Untuk mencegah lebih parahnya krisis akhlak, kini upaya tersebut mulai dirintis melalui Pendidikan Karakter bangsa.
Dalam pemberian Pendidikan Karakter bangsa di sekolah, para pakar berbeda pendapat. Setidaknya ada tiga pendapat yang berkembang. Pertama, bahwa Pendidikan Karakter bangsa diberikan berdiri sendiri sebagai suatu mata pelajaran. Pendapat kedua, Pendidikan Karakter bangsa diberikan secara terintegrasi dalam mata pelajaran PKN, pendidikan agama, dan mata pelajaran lain yang relevan. Pendapat ketiga, Pendidikan Karakter bangsa terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran.
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik SMP mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. Pendidikan  karakter pada tingkatan institusi mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat luas. Pendidikan karakter bertujuan sebagai berikut;
 
a.       Versi Pemerintah
Pendidikan memiliki tujuan yang sangat mulia bagi kehidupan manusia. Dan berkaitan dengan pentingnya diselenggarakan pendidikan karakter disemua lembaga formal. Menrut Presiden republic Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, sedikitnya ada lima dasar  yang menjadi tujuan dari perlunya menyelenggarakan pendidikan karakter. Kelima tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
·         Membentuk Manusia Indonesia yang Bermoral
Persoalan moral merupakan masalah serius yang menimpa bangsa Indonesia. Setiap saat, masyarakat dihadapkan pada kenyataan merebaknya dekadensi moral yang menimpa kaum remaja, pelajar, masyarakat pada umumnya , bahkan para pejabat pemerintah.
Ciri yang paling kentara  tentang terjadinya dekadensi  moral di tengah-tengah masyarakat antara lain merebaknya aksi-aksi kekerasan, tawuran massa, pembunuhan, pemerkosaan, perilaku yang menjurus pada pornografi dsb. Dalam dunia pemerintahan, fenomena dekadensi moral juga tidak kalah santernya, misalnya perilaku ketidakjujuran, korupsi dan tindakan-tindakan manipulasi lainnya.
Problem moral seperti ini jelas meresahkan semua kalangan. Ironisnya, maraknya aksi-aksi tidak bermoral tersebut justru banyak dilakukakan oleh kalangan terdidik. Dan, hal itu terjadi saat bangsa Indonesia sudah memiliki ribuan lembaga pendidikan yang tersebar di berbagai tempat. Maka, tidak heran bila banyak para pegawai yang mempertanyakan fungsi lembaga pendidikan  jika sekedar mengutamakan nilai, namun mengabaikan etika dan moral.
Dengan demikian bisa dipahami jika tuntutan diselenggarakannya pendidikan karakter semakin santer dibicarakan dengan tujuan agar generasi masa depa menjadi sosok manusia yang berkarakter, yang mampu berperilaku positif dalam segala hal.
·         Membentuk Manusia Indonesi yang Cerdas dan Rasional
Pendidikan karakter tidak hanya bertujuan membentuk manusia Indonesia yang bermoral, beretika dan berakhlak, melainkan juga membentuk manusia yang cerds dan rasional, mengambil keputusan yang tepat, serta cerdas dalam memanfaatkan potensi yang dimilikinya. Kecerdasan dalam memanfaakan potensi diri  dan bersikap rasional  merupakan cirri orang yang berkepribadian dan berkarakter. Inilah yang dibutuhkan bangsa Indonesia   saat ini, yakni tatanan masyarakat yang cerdas dan rasional.
Berbagai tindakan destruktif  dan tidak moral dan sering kali dilakukan  oleh masyarakat Indonesia belakangan ini menunjukkan  adanya kecenderungan bahwa masyarakat sudah tidak memoerdulikan  lagi rasional dan dan kecerdasan mereka dalam bertindak dan mengambil keputusan. Akibatnya, mereka seringkali terjerumus ke dalam perilaku yang cenderung merusak, baik merusak lingkungan maupun diri sendiri, terutama karakter dan kepribadian.
Upaya yang perlu dilakukan agar masyarakat mampu memanfaatkan kecerdasan  dan rasionalitas dalam bertindak adalah menanamkan nilai-nilai kepribadian tersebut pada generasi masa depan sejak dini. Para peserta didik  merupakan harapan kita. Oleh karena itu, mereka harus dibekali pendidikan karakter sejak sekarang agar generasi masa depan indonesi tidak lagi menjadi generasi yang irasional dan tak berkarakter.
·         Membentuk Manusia Indonesia yang Inovatif dan Suka Bekerja Keras
Pendidikan karakter merupakan pendidikan nilai yang diselenggarakan  untuk menanamkan semangat suka bekerja keras, disiplin, kreatif, dan inovatif pada diri peserta didik, yang diharapkan akan mengakar menjadi karakter dan kepribadiannya. Oleh karena itu, pendidikan karakter bertujuan mencetak generasi bangsa agar tumbuh menjadi pribadi yang inovatif dan mau bekerja keras.
Saat ini, sikap kurang bekerja keras dan tidak kreatif merupakan masalah  yang menyebabkan  bangsa Indonesia jauh tertinggal  dari Negara-negara lain. Padahal,  setiap tahun, lembaga pendidikan sudah meluluskan ribuan peserta didik dengan rata-rata nilai yang tinggi. Dari sinilah timbul suatu pertanyaan, mengapa tidak ada korelasi yang jelas antara tingginya nilai yang diperoleh peserta didik dengan sikap keatif, inovatif, dan kerja keras, sehingga bangsa Indonesia tetap jauh tertinggal dalamkancah internasional?
Disisi lain, kita juga sering menemukan fakta bahwa tidak sedikit orang Indonesia yang cerdas sekaligus memiliki potensi dan kreatif, namun mereka justru tidak dimanfaatkan oleh pemerintah. Hidup mereka terpinggirkan dan tersisihkan. Potensi mereka terbuang percuma, sehingga nilai-nilai pendidikan yang mereka peroleh seakan  tidak berguna sama sekali. Tak hanya itu , pemerintah juga seolah-olah lebih mementingkan partisipasi politik untuk ditetapkan pada pos-pos tertentu. Dengan demikian, yang menjadi pertimbangan pemerintah adalah kader politk, bukan sosok yang benar berkualitas dan berkompeten secara moral dan intelektual. Nah dengan  adanya pendidikan karakter, diharapkan para peserta didik dan generasi mudah kita memiliki semangat juang yang besar, serta bersedia bekerja keras sekaligus inovatif dalam mengelolah potensi mereka. Sehingga mereka dapat menjadi bibibibit manusia yang unggul pada masa depan.
·         Membentuk Manusia Indonesia yang optimis dan Percaya Diri
Sikap optimis dan percaya diri merupakan sikap yang harus ditanamkan kepada peserta didik sejak dini.  Kurangnya sikap optimis dan percaya diri menjadi factor yang menjadikan bangsa Indonesia kehilangan semangat  utuk dapat bersaing menciptakan kemajuan disegala bidang.  Pada masa depan, tentu saja kita akan semakin membutuhkan sosok-sosok yang selalu optimis dan penuh percaya diri dalam menghadapi berbagai situasi. Dan, hal itu terwujud apabila tidak ada upaya untuk menanamkan kedua sikap tersebut kepada generasi penerus sejak dini.
Penyelenggaraan pendidikan karakter merupakan salah satu langkah yang sangat tepat untuk membentuk kepribadian peserta didik menjadi pribadi yang optimis dan percaya diri. Sejak sekarang, peserta didik tidak hanya diarahkan untuk sekedar mengejar nilai namun juga membekalinya dengan wawasan mengenai cara berperilaku di tengah-tengah lingkungan, keluarga dan masyarakat.
·         Membentuk Manusia Indonesia yang Berjiwa Patriot
Salah satu prinsip yang dimiliki konsep pendidikan karakter adalah terbinanya sikap cinta tanah air. Hal yang paling inti dari sikap ini adalah kerelaan untuk berjuang, berkorban serta kesiapan diri dalam memberikan bantuan kepada pihak-pihak yang membutuhkan. Harus kita akui bahwa sikap tolong-menolong dan semangat juang untuk saling meberikan bantuan  sudah semakin luntur dari kehidupan masyarakat. Sikap kepedulian yang semula merupakan hal yang paling kita banggakan sepertinya sudah tergantikan dengan tumbuh sumburnya sikap-sikap individualis dan egois. Kepekaan social pun sudah berada pada taraf yang meprihatinkan. Maka tidak heran  bila setiap saat kita menyaksikan masalah-masalah social yang terjadi di lingkungan kita , yang salah satu factor penyebabnya adalah terkikisnya rasa kepedulian satu sama lain.
Maka, disinilah pentingnya pendidikan karakter supaya peserta didik benar-benar menyadari bahwa ilmu yang diperoleh harus dimanfaatkan untuk kepentingan banyak orang
b.      Versi Pengamat
Berikut ini ada pendapat beberapa ahli mengenai tujuan pendidikan Karakter;
·         Sahrudin dan Sri Iriani berpendapat bahwa pendidikan karakter bertujuan membentuk masyarakat yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergorong royong, berjiwa patriotic, berkembang dinamis, serta berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi, yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa sekaligus berdasarkan Pancasila
·         Menurut Sahrudin, pendidikan karakter memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:
Ø  Mengembangkan potensi dasar peserta didik agar ia tumbuh menjadi sosok yang berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik.
Ø  Memperkuat dan membangun perilaku masyarakat yang multikultur.
Ø  Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif
Fungsi dan tujuan pendidikan karakter itu sendiri itu dicapai apabila pendidikan karakter dilakukan secara benar dan menggunakan media yang tepat.
Tugas pendidik di semua jenjang pendidikan tidak terbatas pada pemenuhan otak anak dengan berbagai ilmu pengetahuan. Pendidik selayaknya mengajarkan pendidikan menyeluruh yang memasukkan beberapa aspek akidah dan tata moral. Oleh karenanya,  pendidik harus mampu menjadikan perkataan dan tingkah laku anak didiknya di kelas menjadi baik yang pada akhirnya nanti akan tertanam pendidikan karakter yang baik dikelak kemudian hari.
Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Usia dini merupakan masa kritis bagi pembentukkan karakter seseorang. Banyak pakar mengatakan bahwa kegagalan penanaman karakter pada seseorang sejak usia dini, akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak. Selain itu, menanamkan moral kepada anak adalah usaha yang strategis
Masalah serius yang tengah dihadapi  bangsa Indonesia adalah sistem pendidikan yang ada sekarang ini terlalu berorientasi pada pengembangan otak kiri (kognitif) dan kurang memperhatikan pengembangan otak kanan (afektif, empati, dan rasa). Proses belajar juga berlangsung secara pasif dan kaku sehingga menjadi tidak menyenangkan bagi anak. Mata pelajaran yang berkaitan dengan pendidikan karakter (seperti budi pekerti dan agama) ternyata pada prakteknya lebih menekankan pada aspek otak kiri (hafalan, atau hanya sekedar tahu). Semuanya ini telah membunuh karakter anak sehingga menjadi tidak kreatif. Padahal, pembentukan karakter harus dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan melibatkan aspek knowledge, feeling, loving, dan acting.
Pembentukan karakter dapat diibaratkan sebagai pembentukan seseorang menjadi body builder (binaragawan) yang memerlukan latihan otot-otot akhlak secara terus-menerus agar menjadi kokoh dan kuat.  Selain itu keberhasilan pendidikan karakter ini juga harus ditunjang dengan usaha memberikan lingkungan pendidikan dan sosialisasi yang baik dan menyenangkan bagi anak. Dengan demikian, pendidikan yang sangat dibutuhkan saat ini adalah pendidikan yang dapat mengintegrasikan pendidikan karakter dengan pendidikan yang dapat mengoptimalkan perkembangan seluruh dimensi anak (kognitif, fisik, sosial-emosi, kreativitas, dan spiritual). Pendidikan dengan model pendidikan seperti ini berorientasi pada pembentukan anak sebagai manusia yang utuh. Kualitas anak didik menjadi unggul tidak hanya dalam aspek kognitif, namun juga dalam karakternya. Anak yang unggul dalam karakter akan mampu menghadapi segala persoalan dan tantangan dalam hidupnya.  Ia juga akan menjadi seseorang yang lifelong learner.
Pada saat menentukan metode pembelajaran yang utama adalah menetukan kemampuan apa yang akan diubah dari anak setelah menjalani pembelajaran tersebut dari sisi karakterya. Apabila kita ingin mewujudkan karakter tersebut dalam kehidupan sehari-hari, maka sudah menjadikan kewajiban bagi kita untuk membentuk pendidik sukses dalam pendidikan dan pengajarannya.

3.      Ciri-ciri dasar dan Prinsip, Pendidikan karakter
Forester menyebutkan paling tidak  ada empat cirri dasar dalam pendidikan karakter;
Ø  Keteraturan  interior dimana setiap tindakan diukur berdasarkan herarki nilai. Maka nilai menjadi  pedoman yang bersifat  normative dalam setiap tindakan
Ø  Koherensi yang member keberanian membuat seseorang teguh ada prinsip, dan tidak mudah terombang ambing pada situasi baru atau takut resiko. Koherensi merupakan dasar yang membangun rasa percaya satu sama lain. Tidak adanya koherensi dapat meruntuhkan kredibilitas seseorang.
Ø  Otonomi. Disana seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat dari penilaian atas keputusan pribadi tanpa terpengaruh desakan pihak lain.
Ø  Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna menginginkan apapun yang di pandang baik. Dan kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih.
Lebih lanjut Madjid menyebutkan bahwa kematangan keempat karakter tersebut diatas, memungkinkan seseorang melewati tahap individualitas menuju profesionalitas. Orang-orang modern sering mencampur adukan antara individualitas menuju personalitas, antara  aku alami dan aku rohani, antara indepedensi eksterior dan interior. Karakter inilah yang menentukan performa seseorang dalam segala tindakannya.
Kemudian Rosworth Kidder dalam “how Good People Make Tough Choices (1995)” yang dikutip oleh Majid (2010) menyampaikan tujuan kualitas yang diperlukan dalam pendidikan karakter.
Ø  Pemberdayaan (empowered), maksudnya bahwa guru harus mampu memberdayakan dirinya untuk mengajarkan pendidikan karakter dengan dimulai dari dirinya sendiri.
Ø  Efektif ( effective), proses pendidikan karakter harus dilaksanakan dengan efektif.
Ø  Extended into community, maksudnya bahwa komunitas harus membantu dan mendukung  sekolah dalam menanamkan nilai-nilai tersebur kepada peserta didik
Ø  Embedded, integrasikan seluruh nilai ke dalam kurikulum dan seluruh rangkaian proses pembelajaran.
Ø  Enganged, melibatkan komunitas dan menampilkan topic-topik yang cukup esensial.
Ø  Epistemological, harus ada koherensi antara cara berpikir makna etik dengan upaya yang dilakukan untuk membantu peserta didik menerapkannya secara  benar.
Ø  Evaluative, menurut Kidder terdapat lima hal yang harus diwujudkan dengan menilai manusia berkarakter, (a) diawali dengan kesadaran etik; (b) adanya kesadaran diri untk berpikir dan membuat keputusan tentang etik; (c) mempunyai kapasitas untuk menampilkan kepercayaan diri secara praktis dalam kehidupan; (d) mempunyai kapasitas dalam menggunakan pengalaman praktis terhadap sebuah komunitas; (e) mempunyai kapasitas untuk menjadi agen perubahan  (agent of change) dalam merealisasikan ide-ide etik dan menciptakan suasana yang berbeda.
a)      Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter
Pendidikan di sekolah akan berjalan lancar, jika dalam pelaksanaannya memperhatikan beberapa prinsip pendidikan karakter. Kemendiknas memberikan beberapa rekomendasi prinsip untuk mewujudkan pendidikan karakter yang efektif sebagai berikut;
Ø  Memperomosikan nila-nilai dasar etika sebagai basis karakter
Ø  Mengidentifikasikan karakter secara komperehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan dan perilaku
Ø  Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk mebangun karakter.
Ø  Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.
Ø  Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukan perilaku yang baik;
Ø  Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna  dan menantang  yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses.
Ø  Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik.
Ø  Memfungsikan seluruh staf seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama.
Ø  Adanya pembagian kepemimpinan  moral dan dukungan luas  dalam  membangun inisiatif pendidikan karakter.
Ø  Memfungsikan keluarga  dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter.
Ø  Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik.
Berdasarkan pada prinsip-prinsip yang direkomendasikan olah kemendiknas, dasyim budimasyah berpendapat  bahwa program pendidikan karakter disekolah perlu dikembangkan dengang berlandaskan pada prinsip-prinsip sebagai berikut;
Ø  Pendidikan karakter disekolah harus dilaksanakan secara berkelanjutan (kontinuitas). Hal ini mengandung arti bahwa proses pengembangan nilai-nilai karakter merupakan proses yang panjang, mulai sejak awal peserta didik masuk sekolah hingga mereka lulus sekolah pada suatu satuan pendidikan.
Ø  Pendidikan karakter hendaknya dikembangkan melalui semua mata pelajaran terintegrasi, melalui pengembangan diri, dan budaya suatu satuan pendidikan.  Pembinaan karakter bangsa dilakukan dengan  mengintegrasikan dalam seluruh mata pelajaran, dalam kegiatan kurikuler pelajaran, sehingga semua mata pelajaran diarahkan pada pengembangan nilai-nilai karakter tersebut. Pengembangan nilai-nilai karakter uga dapat dilakukan dengan melalui pengembangan diri, baik melalui konseling maupun kegiatan ekstrakurikuler, seperti kegiatan kepramukaan dan lain sebagainya.
Ø  Sejatinya nilai-nilai karakter tidak diajarkan (dalam bentuk pengetahuan), jika hal tersebut diintegrasikan dalam mata pelajaran, kecuali bila dalam bentuk mata pelajaran agama yang (yang di dalamnya mengandung ajaran) maka tetap diajarkan dengan proses, pengetahuan (knowing), melakukan (doing), dan akhirnya membiasakan (habit).
Ø  Proses pendidikan dilakukan peserta didik dengan secara aktif (active learning) dan menyenangkan (enjoy full learning). Proses ini menunjukkan bahwa proses pendidikan karakter dilakukan oleh peserta didik bukan oleh guru. Sedangkan guru menerapkan “tutwuri handayani “  dalam setiap perilaku yang ditunjukan agama.

4.   Membangun Karakter Anak Bangsa Menjadi Kreatif
Cara untuk membangun kreativitas / budi pekerti adalah melalui      :
Ø  Pendidikan dan latihan (seperti soft skill, enterprenership)
Ø  Jalur pendidikan formal & non formal
Ø  Menggali ilmu pengetahuan dan keterampilan dari orang-orang sukses
Ø  Bergaul dalam lingkungan orang-orang yang unggul / pintar

5.      Pendidikan Berkarakter Melalui Pendidikan Informal, Formal dan Non-Formal

Pendidikan Informal
“Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.” UU No 20 / 2003, pasal 1 (13). Sebelum anak masuk sekolah, pendidikan yang pertama kali diberikan kepada anak yaitu pendidikan dalam keluarga. Setelah anak berusia 6 / 7 tahun barulah dimasukkan ke dalam PAUD. Namun peran dalam keluarga sangat menetukan karakter anak tersebut. Dalam hal ini, ibu merupakan peran utama, Karena ibu yang melahirkan, sangat dekat dengan anak, paling sayang dengan anak. Kasih sayang merupakan peranan penting dalam pembentukan karakter. Karena orangtua yang bijak seharusnya memperhatikan kebutuhan anak yang paling mereka senangi.

Pendidikan Formal
Pendidikan karakter sangat efektif diterapkan pada jalur pendidikan formal. Pendidikan karakter di sekolah tidak harus dengan menyusun kurikulum baru, yaitu kurikulum pendidikan budi pekerti, pendidikan karakter atau budi pekerti dapat dimasukkan dalam pokok-pokok pembahasan.
Dalam proses pembelajaran di kelas, Peserta didik mengungkap potensi-potensi dalam dirinya, harus mengetahui bakat dan minatnya, harus mengetahui keadaan jasmani dan rohaninya, dsb. Peserta didik juga harus mampu mengarahkan dirinya, lalu peserta didik dituntut agar mampu mewujudkan diri secara baik di tengah lingkungannya. Sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan karakteristik kepribadiannya.Hendaknya dilakukan tanpa paksaan dan tanpa ketergantungan pada orang lain.
Peranan guru sangat penting dalam proses pembentukan karakter. Tugas dan tanggung jawab utama guru adalah mendidik sekaligus mengajar, yaitu membantu peserta didik dalam mencapai kedewasaan. Dalam proses pembelajaran, guru juga sebagai pembimbing. Maka, untuk dapat menjalankan tugas ini secara efektif, guru hendaknya memahami semua aspek pribadi peserta didik baik fisik maupun psikis.

Pendidikan Non-Formal      
Pendidikan Non-Formal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.” (UU NO 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 (12).
Pendidikan Non-Formal sejatinya diberikan kepada masyarakat sebagai pengganti, penambah dan atau pelengkap pendidikan formal. Mencakup pendidikan Life skill, PAUD , Pendidikan Kepemudaan, Pemberdayaan Perempuan, pendidikan keterampilan dan pendidikan kesetaraan berupa kursus-kursus, kelompok belajar, sanggar-sanggar, dll.
Disamping karakter dapat dibangun di kelas juga dapat dibangun melalui kegiatan ekstrakulikuler di sekolah. Seperti organisasi siswa intra sekolah (OSIS), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Dewan Legislatif Mahasiswa (DLM), Pramuka, Resimen Mahasiswa (MENWA), Lembaga Dakwah Kampus (LDI), Olahraga. Kesenian, Koperasi Mahasiswa (KOPMA), dll. Latihan kepemimpinan merupakan cara untuk membentuk kader kepemimpinan yang disiplin, bertanggungjawab, dan diarahkan bagaimana berorganisasi yang baik oleh para pembimbing. Keteladan pembimbing sangat berpengaruh terhadap perkembangan peserta didik dan pembangunan karakter peserta didik, karena pengalaman langsung dalam berorganisasi.

6.      Langkah Pemerintah dalam Pembangunan Karakter
a)      Menginternalisasikan pendidikan karakter pada instansi pendidikan.
b)     Peran Penting Generasi Muda dalam character building
c)      Meningkatkan daya saing bangsa dalam bentuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
d)     Menggunakan media massa sebagai penyalur upaya pembangunan karakter bangsa.
Menurut Rajasa (2007) , tiga peran penting generasi muda dalam upaya pembangunan karakter bangsa adalah sebagai berikut :
Ø  Pemuda sebagai pembangun kembali karakter bangsa yang positif. Esensi peran ini adalah adanya kemauan keras dan komitmen dari generasi muda untuk menjunjung tinggi nilai-nilai moral diatas kepentingan-kepentingan sesaat sekaligus upaya kolektif untuk menginternalisasikannya pada kegiata dan aktifitasnya sehari-hari.
Ø  Pemuda sebagai pemberdaya karakter. Pembangunan kembali karakter bangsa tentunya tidak akan cukup jika tidak dilakukan pemberdayaan secara terus menerus sehingga generasi muda juga dituntut untuk mengambil peran sebagai pemberdaya karakter. Bentuk praktisnya adalah kemauan dan hasrat yang kuat dari generasi muda untuk menjadi role model dari pengembangan karakter bangsa yang positif.
Ø  Pemuda sebagai perekayasa sejalan dengan perlunya adaptifitas daya saing untuk memperkuat ketahanan bangsa.





























BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Pendidikan Karakter / Budi Pekerti dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan, baik memelihara apa yang baik dan mewujudkan dan menebarkan kebaikan kedalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.
Tujuan pendidikan karakter secara umum adalah untuk membangun dan mengembangkan karakter peserta didik pada setiap jalur, jenis, dan jenjang pendidikan agar dapat menghayati dan mengamalkan nilai-nilai luhur menurut ajaran agama dan nilai-nilai luhur dari setiap butir sila pancasila.
Fungsi pendidikan karakter yaitu menumbuhkembangkan kemampuan dasar peserta didik agar berpikir cerdas, berperilaku yang berakhlak, bermoral, dan berbuat sesuatu yang baik, yang bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat.
Cara untuk membangun kreativitas / budi pekerti adalah melalui      :
Ø  Pendidikan dan latihan (seperti soft skill, enterprenership)
Ø  Jalur pendidikan formal & non formal
Ø  Menggali ilmu pengetahuan dan keterampilan dari orang-orang sukses
Ø  Bergaul dalam lingkungan orang-orang yang unggul / pintar

DAFTAR PUSTAKA

Ø  Prayitno. 1975. Pelayanan Bimbingan Di Sekolah. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Ø  A.R, Tatang Hidayat. 2009. Inspiring Word. Jakarta : Pustaka Al-Kautsar.
Ø  Muslich, Masnur. 2011. Pendidikan Karakter. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Ø  Amin, M. Maswardi. 2011. Pendidikan Karakter Anak Bangsa. Jakarta : Badouse Media.
Ø  Tohirin. 2007.Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (berbasis integrasi). Jakarta :PT Raja Grafindo Persada.
Ø  Munir Abdullah, Pendidikan Karakter, Yogyakarta: Pedagogia, 2010.

Comments

Popular Posts